Kamis (3/12/2009) pagi saya terlibat pembicaraan santai. Masalah yang dibicarakan pun juga tidak begitu serius. Soal berita di halaman satu Harian Jogja tentang ayam ajaib yang masih hidup meski sudah disembelih seminggu sebelumnya.
Karena pembicaraan santai tentu tanpa moderator yang mengatur. Semua boleh bicara dan saling potong tanpa aturan. Pating clebung, kira-kira begitu istilah jawanya. Ada yang mengatakan itu ayam sakti, ada yang sedikit ilmiah dengan mengatakan bisa jadi saluran pernapasan ayam itu ada di bagian belakang dan sebagainya. Pokoknya cukup ramai untuk sebuah pagi.
Dan seperti sudah diduga tak ada kesimpulan yang disepakati bersama soal kasus itu. “Dunia memang semakin aneh saja,” kata seorang teman. Dan saya pikir itu kesimpulan yang paling gampang.
“Tapi kalau dipikir-pikir inilah ayam asli Indonesia,” kata saya. Kenapa? Karena di negeri ini keanehan adalah hal yang sudah sangat biasa terjadi. Irasional, ajaib, absurd bertaburan di mana-mana. Keanehan seperti menjadi keaslian di kehidupan sehari-hari.
Mari kita buktikan. Apa tidak aneh bin ajaib, negeri yang sudah merdeka sekian lama ini bisa diporakporandakan hanya oleh seorang tukang pijat. Sebelumnya mohon maaf kepada para tukang pijat, bukan berarti meremehkan profesi anda, tetapi untuk sebuah misi menghebohkan negara ini sepertinya itu memang bukan bidang anda. Tetapi anda pun boleh ‘berbangga’ ada tukang pijat yang bisa mengacaukan sistem kenegaraan.
Ong Yuliana adalah salah satunya. Tukang pijat saraf rekan Anggodo ini betapa hebatnya dia. Mampu keluar masuk Gedung Kejaksaan Agung, bahkan hingga ke ruang-ruang para petingginya. Atur sana atur sini dan seterusnya.
Si tukang pijat ini pun akhirnya seperti menjadi aktor penting dalam kasus besar seperti penahanan Bibit-Chandra dan kasus Bank Century. Ujungnya, sejumlah petinggi terpental dari kursinya. Lengsernya Ritonga dari kursi Wakil Jaksa dan Komjen Susno Duadji dari jabatan Kabareskrim Mabes Polri sedikti banyak karena kesuksesan Ong, si tukang pijat, ini masuk ke sistem yang sedemikian penting. Apa itu rasional dan tidak ajaib?
Itu belum seberapa, seorang tukang pijat juga pernah membuat sejarah besar yang berujung pada lengsernya Gus Dur dari kursi presiden. Ingat kasus Soewondo, tukang pijat Gus Dur pada sekitar 2001? Tidak ada rasionalnya sama sekali ketika hanya seorang tukang pijat mampu ‘membobol’ dana Bulog hingga Rp31 miliar yang kemudian menyeret seorang presiden dan berakhir dengan pemakzulan yang sangat menyakitkan.
Benar-benar tidak rasional kan? Untuk mencari jawaban yang paling masuk akal pun sama sulitnya dengan kasus ayam ajaib tadi.
Pada 2007 ada juga kasus luar biasa aneh di Indonesia. Widjanarko Puspoyo, mantan Direktur Utama Bulog divonis 10 tahun penjara karena terlibat kasus impor sapi dari Australia yang merugikan negara sekitar Rp11 miliar.
Kalau modus korupsinya adalah mark up harga mungkin masih ada unsur rasionalnya, tetapi ini sudah kebangeten karena kasusnya adalah impor fiktif. Di mana logikanya mengeluarkan uang segitu banyak kok barangnya tidak ada? Rp11 miliar itu kalau dibelikan sapi dapat berapa ribu? Tapi kok difiktifkan? Ini benar-benar aneh. Juga sulit mencari jawaban seperti kenapa ayam itu masih hidup.
Begitu banyak keajaiban yang terjadi di depan mata. PT Freeport mengaku bisa memproduksi emas 60,4 ton setahun. Kalau per gramnya Rp200.000 saja berapa total nominalnya silahkan hitung sendiri. Karena saya mencoba menghitung pakai kalkulator angkanya tidak cukup. Itu baru satu tahun. Apalagi bertahun-tahun selama perusahan itu beroperasi di Papua. Tetapi Papua masih saja menjadi daerah yang sulit maju. Aneh kan? Tapi itu benar-benar terjadi.
Banyak sekali pokoknya yang aneh bin ajaib di Indonesia. Sinetron-sinetron hampir tidak ada yang menyuguhkan cerita rasional, video mesum para pelajar berserakan di mana-mana, para penegak hukum justru melanggar hukum, Kepala Dusun duel sama warganya, PNS kegaruk selingkuh di hotel, . Benar-benar aneh tetapi sudah menjadi hal yang biasa. Jadi kalau ayam tidak mati setelah seminggu disembelih ya itulah ayam asli Indonesia. Aneh…
Jogja. Desember 2009
Comments are closed.