Sementara itu, analis militer Alexander Khramchihin menjelaskan bahwa strategi keseluruhan kompleks industri militer China telah berkembang terutama dalam sistem rudal. “Rudal taktis mereka mungkin tidak sempurna, tapi mereka memiliki banak bahkan jika pertahanan udara dan rudal musuh menghancurkan beberapa dari mereka, beberapa masih akan bisa sampai ke target mereka.”
Analis ini memperkirakan bahwa jumlah DF-11 dan DF-15 China telah berkisar dalam ribuan.
Ditanya tentang peran teknologi yang diambil dari negara lain telah memainkan dalam membangun potensi rudal taktis China, Khramchihin mencatat bahwa pada dasarnya, “dasar dari semua peralatan China adalah teknologi Soviet, dengan teknologi Barat yang hanya segmen kecil . Terutama dalam helikopter dan torpedo desain Cina dengan Uni Soviet: teknologi itu salinan, dan kemudian dikembangkan mereka secara bertahap”.
Andrei Frolov, editor-in-chief majalah ‘Arms Export’ menjelaskan bahwa tidak seperti Rusia yang segan untuk mengekspor teknologi rudalnya, China telah secara aktif mengejar pasar luar negeri yang potensial. Untuk diketahui satu-satunya negara yang mengoperasikan Iskander adalah Armenia.
“Dengan kata lain, di segmen ini adalah milik Amerika dengan MGM-140 Army Tactical Missile System (ATACMS), dan China. China tidak bersaing dengan kami di daerah ini, karena alasan sederhana bahwa kita pada dasarnya tidak mengekspor sistem SRBM ke Suriah, atau di tempat lain.
Ukraina mungkin akan menjadi pemain dengan Grom SRBM mereka yang pengembangannya sedang dibiayai oleh Arab Saudi.
Akhirnya, ahli Cina Vassily Kashin mengatakan semua diskusi mengenai karakteristik Dongfeng 12 tetap sedikit lebih dari spekulasi. Selain itu, analis mencatat, sistem dapat benar-benar berubah menjadi platform untuk meluncurkan berbagai senjata, dari SRBM hingga rudal jelajah supersonik dan MLRS berat.
