Apa Weapon-Grade Plutonium?
Seperti namanya, weapon-grade plutonium adalah plutonium yang sangat baik digunaan untuk senjata. Alasannya karena adanya plutonium-239 – isotop plutonium yang memiliki umur panjang (lebih dari 24.000 tahun) dan ketika pecah, melepaskan banyak energi.
Sebagai perbandingan kilogram plutonium-239 melepaskan energi lebih dari 64 kilogram uranium yang ada di Little Boy, bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima pada Perang Dunia II.
Plutonium khusus ini merupakan produk sampingan dari uranium-238 (bentuk uranium yang terjadi secara alamiah dan paling berlimpah di bumi, ditemukan di tambang uranium di seluruh dunia), setelah digunakan dalam reaktor energi nuklir.
Plutonium-239 menyimpan pukulan yang paling kuat dalam konsentrasi tinggi. Jadi yang disebut weapon-grade plutonium – jenis Rusia dan AS – setidaknya 93 persen plutonium-239, dengan sisa tujuh persen adalah isotop plutonium lainnya.

Bagaimana Menghapus Plutonium Ini?
Salah satu alasan perjanjian pembuangan antara Rusia dan AS membutuhkan waktu satu dekade untuk menyelesaikan adalah bahwa mereka tidak bisa sepakat tentang bagaimana cara membuang hal-hal ini.
Satu-satunya pilihan yang realistis, adalah mengubahnya menjadi plutonium oksida, senyawa kimia plutonium dan oksigen, yang masih bisa – dengan cara tertentu- digunakan sebagai senjata nuklir kecil. Tetapi kedua negara bermaksud untuk menggabungkan dengan oksida uranium untuk membuat campuran bahan bakar oksida (MOX) yang dapat digunakan dalam reaktor daya komersial.
Sebagai bonus, bahan bakar MOX tidak dapat digunakan untuk senjata, yang berarti setelah plutonium-239 terjebak di dalamnya, tidak dapat dikembalikan ke aslinya.
Tetapi ini proses yang mahal. Amerika mulai membangun pada tahun 2007 di sebuah fasilitas di Departemen Energi di Savannah River Site Carolina Selatan untuk mengkonversi surplus plutonium-239 menjadi bahan bakar MOX.
Fasilitas Fabrikasi bahan bakar MOX masih belum selesai dan terkepung oleh penentangan baik dari pemerintah maupun reaktor komersial AS. Diperkirakan butuh US$ 10 miliar menyelesaikan konstruksi, dan biaya konversi 34 metrik ton plutonium diperkirakan membutuhkan tambahan US$ 24 miliar.