
Modernisasi pesawat merupakan tren Amerika. Misalnya, pada tahun 2015, Pentagon mengumumkan kembalinya bomber supersonik B-1B Lancer ke USAF Global Command.
Boeing telah menerima pesanan untuk memodernisasi tidak hanya B-1B yang mulai beroperasi pada USAF pada tahun 1985, tetapi juga pembom strategis B-52 yang telah melayani sejak tahun 1955, untuk membawa mereka ke dalam era digital.
Modernisasi jet tempur generasi keempat adalah pendekatan yang masuk akal untuk operasi armada Angkatan Udara, dan itu bukan hanya soal harga, atau masalah dengan pesawat generasi kelima.
Dalam konflik intensitas tinggi jumlah pesawat yang dapat terbang juga memainkan peran penting. Oleh karena itu, logika yang menyebutkan ‘kuantitas adalah kualitas tersendiri’ tetap berlaku, bahkan dalam perang modern.
Ada tanda-tanda bahwa USAF tertarik melengkapi pesawat tempur generasi ke-4 dan ke-5 yakni F-15 dan F-22 dengan drone. Dengan cara ini, kemampuan tempur dari mesin akan meningkat lebih lanjut.
Dalam beberapa skenario tempur, penggunaan F-22 dan F-35 akan berlebihan . Misalnya, dalam kasus membangun keunggulan udara di negara-negara yang tidak memiliki kekuatan udara dan sistem pertahanan udara yang kuat menggunakan keduanya jelas sangat berlebihan, Upgrade F-15 akan lebih dari mampu memenuhi kewajiban ini dengan tetap menjaga biaya rendah.
Hal yang juga perlu dicermati, adanya kemungkinan upgrade F-15 dipilih karena Amerika menyadari bahwa Rusia telah mengembangkan teknologi radar yang mampu menjadikan pesawat siluman mereka menjadi usang.
Rusia diketahui telah membangun radar Sunflower yang mampu mencium keberadaan jet tempur generasi kelima.
F-22 dan F-35 yang sangat mahal akan memiliki kapasitas yang tidak jauh berbeda dengan F-15 ketika sistem siluman mereka dipatahkan. Sehingga lagi-lagi F-15 akan menjadi pilihan paling baik untuk situasi medan pertempuran dengan Rusia.