MULAI DIBERBAIKI

Pada waktu itu bulan September 1945, pesawat-pesawat Cukiu yang ada di Lanud Bugis Malang mulai diperbaiki. Tahap awal para teknisi-teknisi Bangsa Indonesia berhasil memperbaiki empat pesawat, setelah dinyatakan bisa hidup kemudian pesawat-pesawat itu diberi nomor registrasi Cukiu 001, Cukiu 002, Cukiu 003 dan Cukiu 004.
Setelah pesawat-pesawat itu selesai diperbaiki oleh para teknisi bangsa Indonesia muncul masalah baru, masalah tersebut karena saat itu di Pangkalan Udara Bugis tidak ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat tersebut untuk melaksanakan uji terbang (test flight).
Untuk keperluan test flight tersebut didatangkanlah Dr. Soegiri bersama dua orang pilot dan seorang montir warga negara Jepang dari Surabaya. Ketiga orang Jepang tersebut sudah memakai nama Indonesia yaitu Ali dan Atmo adalah pilot serta Amat seorang montir. Awalnya dua orang pilot tersebut menolak untuk melakukan test flight karena sesuai dengan perjanjian yang diadakan dengan Sekutu orang Jepang tidak diperbolehkan terbang di Indonesia. Namun setelah didesak dan diyakinkan bahwa mereka adalah penerbang Indonesia, akhirnya mereka dengan senang hati mau menerimanya.
Dari hasil pengecekan oleh para penerbang dan teknisi pada pemerintahan Jepang, ternyata hanya dua Pesawat Cukiu yang benar-benar siap untuk dilaksanakan test flight yaitu Cukiu 003 dan Cukiu 004. Akhirnya kedua pesawat tersebut pada tanggal 17 Oktober 1945 diterbangkan, yang pertama take off adalah Pesawat Cukiu 003 dengan penerbang Atmo didampingi seorang montir bernama Amat.
Setelah 15 menit di udara kemudian pesawat mendarat dalam keadaan selamat namun mesin masih dirasa belum sempurna. Setelah penerbangan pertama berhasil mendarat dengan baik, kemudian menyusul test flight kedua pesawat Cukiu 004 dengan penerbang Ali didampingi montir AS Hananjudin. Selama limabelas menit pesawat mengudara di atas kota Malang kemudian mendarat kembali dengan selamat.
Dalam test flight tersebut AS Hanandjudin diberi pelajaran cara-cara mengemudikan pesawat udara dan tentu saja hal tersebut tidak disia-siakannya. Kemudian penerbang Jepang tersebut juga sempat mencoba keberanian bangsa Indonesia yang sedang bersamanya, dengan mengadakan terbang akrobatik dan seakan-akan menyambar-nyambar di sekitar kota Malang. Penerbangan yang cukup lama itu tentu saja menarik perhatian beribu-ribu rakyat dan sambil bersorak-sorak kegirangan mereka melambaikan tangan. Cukiu 003 juga sempat diterbangkan oleh seorang teknisi yang bernama Sukarman setelah mendapat pelajaran singkat dari Atmo. Sukarman sempat menerbangkan Cukiu 003 selama 2 jam mengitari kota Malang.
Pada awal tahun 1946 satu pesawat Cukiu yang berada di Malang, diserahkan ke Sekolah Penerbang Yogyakarta. Pesawat Cukiu tersebut diterbangkan sendiri oleh Agustinus Adisutjipto. Penyerahan pesawat Cukiu tersebut merupakan realisasi dari permintaan Agustinus Adisutjipto untuk para kadet Sekolah Penerbang Yogyakarta. Permintaan pesawat tersebut berawal dari kunjungan Agustinus Adisutjipto pada bulan Desember 1945 ke Pangkalan Udara Bugis Malang dan melihat banyaknya pesawat-pesawat peninggalan Jepang.
Karena wilayah Malang, di bawah kendali Divisi VIII maka Agustinus Adisutjipto menghubungi pihak Divisi VIII, hanya hasilnya tidak menggembirakan dan keberatan mengizinkan pesawat-pesawat terbang dari Bugis dibawa ke Yogyakarta. Karena tidak puas atas jawaban dari Divisi III serta keinginannya untuk memiliki pesawat tersebut, kemudian Agustinus Adisutjipto pergi ke Pangkalan Udara Bugis dan menemui pimpinannya.
Akhirnya usahanya menampakkan hasil dan tidak sia-sia, bahkan hal ini mendapat tanggapan yang baik dari pimpinan Pangkalan Udara Bugis. Kemudian Tanggal 17 Februari 1946 merupakan hari yang berarti buat Agustinus Adisutjipto, karena telah berhasil menerbangkan sebuah pesawat Cukiu dari Pangkalan Udara Bugis menuju Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta sebagai sumbangan pesawat udara pertama dari TKR Udara Malang kepada Sekolah Penerbang Yogyakarta.
Pada tanggal 5 Maret 1946, satu lagi pesawat Cukiu yang ada di Bugis Malang dibawa ke Pangkalan Udara Solo. Perpindahan satu pesawat Cukiu tersebut atas permintaan Opsir Udara II Soejono (Komandan BKR Udara Solo). Adapun pesawat yang diberikan ke Solo tersebut sudah diberi nomor registrasi yaitu Cukiu 007 dalam keadaan flegklaar (siap terbang).
Satu Pesawat Cukiu yang berada di Pangkalan Udara Cibeureum juga berhasil diperbaiki oleh 18 orang teknisi pesawat dari Bandung. Kedelapan belas teknisi yang dikoordinir oleh Toeloes Martoadmodjo adalah M Jacoeb, Agoes Rasidi, Abdoel Gaffur, Karmoes S., Tatang Endi, Hasan, Asep Rosadi, Wirajat, Machmoed, Abdoel Tocman, Endang Adjesan, Sanoesi, Samsoe, Didi Samsoedin, Soedarso, Maskanan, dan Soedarman. Perbaikan pesawat Cukiu di Lanud Tasik ini atas permintaan ketua Komite Nasional Indonesia Daerah Tasikmalaya. Pesawat ini kemudian diberi identitas merah putih untuk menunjukkan bahwa pesawat-pesawat tersebut sudah menjadi milik Indonesia. Walaupun Pesawat Cukiu berhasil diperbaiki tetapi tidak dilakukan uji atau percobaan terbang.