PALING BANYAK DITINGGALKAN JEPANG

Cureng ini merupakan pesawat peninggalan Jepang yang paling banyak dibandingkan dengan pesawat lainnnya. Di Indonesia pesawat cureng ini ditemukan hanya di Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta sebanyak 50 buah. Untuk memastikan kondisi pesawat tersebut atas perintah Suryadi Suryadarma, didatangkan teknisi dari Pangkalan Udara Andir Bandung. Di Pangkalan Udara Maguwo waktu itu tidak ada teknisi pesawat. Dua orang dari beberapa teknisi dari Bandung tersebut adalah Basir Surya dan Tjarmadi.
Dari hasil pemeriksaan secara umum semua pesawat tersebut dinyatakan dalam keadaan rusak, kecuali tiga yang masih dalam keadaan lengkap walaupun dalam keadaan rusak ringan.
Ketiga Pesawat Cureng ini merupakan pesawat yang siap terbang ketika terjadi perebutan pangkalan oleh BKR dan lascar yang ada di Yogyakarta, namun batal karena kedatangan pasukan yang dipimpin oleh Suharto. Waktu itu Suharto sempat taxi atau memarkir ketiga pesawat tersebut setelah para penerbangnya yang orang Jepang ditawan dan PU Maguwo berhasil direbut.
Hanya dalam waktu satu hari yakni tanggal 26 Oktober satu pesawat Cureng dapat diperbaiki dan dinyatakan siap test flight setelah diberi tanda berupa lingkaran berwarna merah putih sebagai simbol bendera RI yang sekaligus menyatakan bahwa pesawat tersebut sudah menjadi milik Republik Indonesia.
Test flight dilakukan tanggal 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit oleh Agustinus Adisucipto yang didampingi oleh Rudjito. Dipilihnya Agustinus Adisucipto untuk test flight ini karena ia mempunyai wing penerbang yaitu Groot Militaire Brevet. Namun wing penerbang yang dimiliki adalah kualifikasi penerbang dengan pesawat Eropa, bukan pesawat Jepang. Penerbangan ini tercatat sebagai penerbangan pesawat beridentitas merah putih yang pertama di alam Indonesia merdeka oleh pemuda Indonesia sendiri.
Setelah penerbangan pertama itu, para teknisi terus bekerja memperbaiki pesawat – pesawat yang ada di Maguwo. Pada awal Januari 1946, berhasil diperbaiki dan disiapkan 25 pesawat lagi hingga siap terbang. Pesawat cureng tersebut kemudian menjadi kekuatan Pangkalan Udara Maguwo yang sekaligus menjadi kekuatan Sekolah Penerbangan yang dipimpin oleh Agustinus Adisucipto. Sekolah Penerbangan itu dibuka pada tanggal 15 November 1945. Karena itu pesawat cureng umumnya hanya diterbangkan oleh para kadet Sekbang. Para kadet angkatan pertama sekolah penerbang ini tercatat 31