DESAIN PERANG DUNIA

Lalu bagaimana tepatnya torpedo ini bekerja? Untuk torpedo yang dibuat Jerman, hidung torpedo yang berisi peledak dikosongkan dan dilengkapi dengan kursi dan kontrol untuk mengarahkan torpedo. Pilot akan duduk di ruang sempit ini dan mendorong torpedo.
Dan ada torpedo lain yang ditempatkan di bawah torpedo manusia ini. Ketika pilot sudah mendorong torpedonya ke dekat kapal musuh, ia merilis torpedo yang dibawa di bawah kendaraannya tersebut. Ini terdengar sangat berbahaya, dan memang seperti itu kenyataanya. Lebih dari 80% torpedo manusia digunakan oleh Jerman hilang dalam kecelakaan dibandingkan karena tembakan musuh.
Torpedo ini sangat tidak akurat dan tidak dapat diandalkan. Pilot tidak bisa mendapatkan gambar yang jelas dari kapal musuh kecuali dia sangat dekat dengan target dan musuh dalam posisi stasioner atau diam.
Bidikan yang digunakan oleh pilot mirip dengan menggunakan senapan dan ia harus membidik dan menembak.
Torpedo manusia juga tidak bisa tenggelam dan memiliki kecepatan yang sangat rendah yakni hanya sekitar 4 knot dan harus melakukan perjalanan sepanjang permukaan, sehingga menampakkan dirinya pada musuh. Namun demikian, selama mereka digunakan selama perang berhasil merusak beberapa kapal musuh.

Torpedo manusia yang dikembangkan oleh negara-negara lain memiliki desain yang berbeda. Italia menggunakan hulu ledak dilepas yang digunakan sebagai ranjau limpet (ranjau magnetik yang melekat pada lambung kapal).
Dua orang menggunakan pakaian menyelam mengarahkan torpedo pada kecepatan lambat ke kapal musuh dan kemudian merilis hulu ledak di torpedo. Senjata ini berhasil digunakan beberapa kali selama perang.

Torpedo Chariot Inggris digunakan dengan cara yang berbeda. Dua pasukan katak naik ke torpedo, mereka kemudian menempelkan bahan peledak di bawah kapal musuh dan kembali. Keuntungan dari Chariot adalah bahwa hal itu bisa diluncurkan dan kembali dengan aman dari kapal selam, tidak seperti yang lain yang perlu dikerahkan dari kapal permukaan.
Torpedo manusia Jerman, Italia dan Inggris bukan senjata bunuh diri, tapi, Jepang mengembangkan konsep serupa yang disebut Kaiten dan digunakan secara eksklusif sebagai senjata bunuh diri.
Berbeda dengan orang-orang Jerman, yang satu ini adalah torpedo kecepatan tinggi dengan kompartemen mesin torpedo terpasang pada silinder yang akan membentuk kompartemen pilot.

Hulu ledak digantikan dengan instrumen bimbingan yang memadai dan ballast. Bentuk awal dirancang untuk memungkinkan pilot bisa melarikan diri setelah ia bisa memastikan torpedo mengarah ke target dengan tepat, tetapi kemudian model memiliki fitur ini dihapus karena terbukti tidak berguna dengan tidak ada catatan pilot melarikan diri.
Torpedo itu juga dilengkapi dengan timer merusak diri yang mulai dipakai jika benturan gagal meledakkan torpedo. Kaiten dapat diluncurkan dari kapal selam, kapal penjelajah atau pangkalan pantai sebagai bentuk pertahanan.