Dengan mengingat segala hal di atas Kelas Izumo tidak memiliki kemampuan perang yang potensial karena sangat terbatas jika tidak ada kemampuan ofensif. Mengingat perimeter pertahanan angkatan laut Jepang yang penting, orang Jepang bisa menghindari Konstitusi mereka dengan menunjuk Izumo sebagai sebuah “kapal induk defensif” memberikan pertahanan udara di bagian selatan dari perairan Jepang.
Namun ancaman yang paling realistis yang ditimbulkan oleh kelas Izumo ke China adalah penggunaan kapal sebagai Landing Platform Helicopter (LPH) untuk operasi amfibi. Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa kapal memiliki 470 awak tapi cukup ruang ekstra untuk mengakomodasi 970 orang. Dengan demikian, 500 tentara dapat diangkut kapal, dan mungkin lebih selama penyebaran singkat.
Karena kapal itu juga dirancang untuk melayani untuk operasi penjaga perdamaian dan bantuan bencana, itu adalah sebuah platform serbaguna. Izumo kurang baik dan memberikan kemampuan terbatas untuk serangan amfibi, tetapi berpotensi membawa setiap helikopter yang digunakan oleh Angkatan Bela Diri Jepang seperti helikopter serang AH-64DPJ Apache dan AH-1S Cobra, helikopter OH-1 atau helikopter transportasi seperti CH-47J, UH-60JA dan UH-1J. Seperti telah dikatakan, V-22 Osprey juga bisa dengan mudah melayani dalam peran transportasi pasukan untuk operasi amfibi.
Kesimpulannya, Kelas Hyuga telah menunjukkan kemampuannya sebagai LPD dan tidak ada keraguan bahwa Izumo mampu seperti pendahulunya. Kelas Izumo tidak akan menjadi ancaman ofensif yang signifikan ke Cina, atau setidaknya tidak lebih dari kekuatan amfibi Jepang yang sudah ada yang selalu diarahkan pada tindakan defensif. Sehingga sepertinya tidak tepat jika menyebut Izumo sebagai kapal induk yang menyamar.
Tetapi kemampuan helikopter ASW adalah ancaman terbesar bagi armada kapal selam Cina yang berkembang dan tidak ‘potensi’ untuk membawa jet. Puluhan helikopter ASW beroperasi dari kapal ini adalah hal yang harus ditakuti China dalam skenario pertarungan yang sebenarnya.