Selama latihan cepat pada awal tahun 2015, ia mencatat, Moskow hanya membutuhkan waktu singkat untuk memindah sistem rudal jarak pendek Iskander-M ke Kaliningrad. Dengan kemampuan rentang hingga 500 kilometer, rudal tersebut akan menjangkau banyak wilayah di Eropa timur dan Utara.
Namun sistem canggih yang sekarang dalam pelayanan dengan Angkatan Bersenjata Rusia seperti rudal jelajah udara Kh-101 dan Kh-555 dan rudal jelajah angkatan laut Kalibr memiliki rentang yang lebih jauh dengan mampu menghantam target dari jarak yang lebih jauh. Rudal Kalibr diperkirakan memiliki rentang 2.000 km dan Kh-101 bisa hingga 4.000 km. Artinya target di Eropa berada dalam jangkauan efektif dari peluncuran rudal bahkan jauh dari dalam wilayah Rusia.
“Untuk memenuhi tantangan ini NATO harus menemukan kembali keterampilan yang memudar dan memperbaharui kemampuan yang telah berkurang. ”
Sebagai misal, rekapitalisasi persediaan rudal jelajah Rusia menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan NATO untuk melawan sistem tersebut. Beberapa negara NATO memiliki kemampuan, seperti sistem Patriot tetapi tantangan utama adalah mereka memiliki waktu yang memadahi untuk mendeteksi untuk kemudian melakukan tindakan defensif.
Bidang lain yang menjadi perhatian adalah peperangan elektronik atau electronic warfare (EW). Tidak bisa lagi diasumsikan bahwa spektrum elektro-magnetik adalah lingkungan permisif, katanya. Militer AS mengakui bahwa selama 10 tahun mereka terfokus pada EW terkait dengan kontra terorisme dan pemberontakan sementara Rusia mengembangkan kemampuan daya tinggi dengan kekuatan serangan untuk mengganggu UAV (Unmanned Aerial Vehicles) dan komunikasi.
Rusia dan China juga mendominasi dalam kendaraan lapis baja, rudal balistik dan rudal jelajah serangan darat. Dr Chipman mencontohkan tank Armata Rusia yang ditampilkan pada Victory Parade Mei 2015 telah memanfaatkan teknologi inovatif dan merupakan kebangikitan radikal dari desain Rusia sebelumnya.
Sementara Barat, pada tahun 2015 hanya 4 dari 26 anggota Eropa NATO yang sanggup menyisihkan dua persen dari PDB untuk anggaran pertahanan seperti yang disepakati pada Wales Summit 2014. Sebanyak 22 negara lain rata-rata anggaran pertahanan mereka hanya 1,1 persen dari PDB.
Negara-negara ini, tegasnya, perlu meningkatkan pengeluaran kolektif mereka hingga hampir 45 persen untuk memenuhi target, atau hampir US$100 miliar.
Yang penting, lanjutnya, ada jaminan NATO pasca-2014 untuk anggota Timur yang saat ini tergantung pada pemahaman bahwa dalam masa krisis, angkatan bersenjata negara-negara anggota akan dapat cepat memperkuat negara berisiko. Harus ada jaminan hal itu benar-benar bisa dijalankan.
Cara lain untuk bersaing dengan Timur, ia menyarankan, adalah untuk berinvestasi lebih banyak dalam bidang teknologi tinggi baru seperti cyberwar, analisis data, manufaktur aditif, robotika dan senjata energi.
Baca juga: