Mentransfer Energi ke Drone
Pasar pesawat tanpa awak secara aktif terus berkembang. Pada 2015, perangkat ini terjual sebanyak lima miliar dolar AS di seluruh dunia. “Dengan teknologi kami, UAV dapat berfungsi tanpa perlu diisi ulang,” kata salah satu pencetus proyek, insinyur Ivan Matsak.
Matsak menyebutkan, hingga belakangan ini, transfer energi menggunakan laser dianggap tak masuk akal. Efisiensi laser hanya mencapai beberapa persen dan ini tanpa mempertimbangkan kerugian yang dialami saat mentransfer dan mentransformasi energi. Pada tahun 2000-an, situasi mulai berubah: laser inframerah dengan efisiensi 40 – 50 persen dan memiliki modul fotoelektrik mampu mengirim 40, bahkan dalam beberapa kasus 70 persen, energi listrik pada perangkat listrik yang diproduksi.
Hal ini memotivasi para ilmuwan untuk melihat sorotan laser dalam transfer listrik dengan serius. Pakar menilai bahwa sistem itu harus terdiri dari laser inframerah, sebuah sistem yang memiliki fokus dan target, sebuah pendeteksi foto di luar pesawat, serta aki untuk berjaga-jaga jika ‘sorotan’ terputus.
Sesungguhnya, sistem penargetan tersebut sudah ada, yaitu modul fotoelektrik yang sangat efektif, yang dikembangkan di Ioffe Physics and Technology Institute. Efektifitas transfer energi dalam sistem semacam ini mencapai sepuluh persen. Artinya dengan kapasitas daya 200 watt, ia bisa ‘mempertahankan’ pesawat tanpa awak di ketinggian satu kilometer untuk waktu yang tak terbatas.
Para ilmuwan pun memutuskan untuk bergerak lebih jauh dan menggunakan teknologi laser untuk mentransfer listrik ke luar angkasa. Teknologi ini akan lebih efektif, karena tak ada yang menyerap radiasi di ruang hampa.