Mengapa Rusia Gunakan Bomber Jarak Jauh untuk Serang ISIS?
Tu-160 atau White Swan  bomber supersonik terbesar di dunia, terlihat di Engels Pangkalan Udara dekat Saratov, sekitar 700 kilometer (450 mil) tenggara dari Moskow, Rusia.

Mengapa Rusia Gunakan Bomber Jarak Jauh untuk Serang ISIS?

Tu-22
Tu-22

Satu Peluru Dua Sasaran

Pakar menilai bahwa penggunaan aviasi jarak jauh untuk melawan ISIS dapat dianggap sebagai ‘aksi balas dendam’ atas aksi teroris yang mengakibatkan jatuhnya pesawat komersil Rusia Kogalymavia Aibus-321 pada akhir Oktober lalu, dan menewaskan 224 orang.

“Penggunaan aviasi jarak jauh merupakan hal yang normal dan satu-satunya cara untuk meningkatkan intensitas serangan udara dengan cepat di Suriah. Markas dan kelompok di Latakia kini beroperasi dengan kapasitas terbatas. Dari sudut pandang militer, Suriah tak punya objek yang membutuhkan dua lusin pesawat pengebom strategis,” kata pakar independen yang merupakan penulis August Tanks, Anton Lavrov.

Satu-satunya kapal induk Rusia, Admiral Kuznetsov, mungkin bisa menjadi cadangan bagi AU Rusia di Suriah. Kapal ini, yang mengangkut 12 pesawat penghancur MiG-29K yang memiliki misil presisi dan 14 pesawat penghancur Su-33 dengan rudal tanpa kendali, dapat membantu pasukan udara dari laut. Namun, saat ini kapal induk tersebut berada di Laut Barents dan tengah menjalankan latihan persiapan tempur.

Pemimpin Redaksi situs Voenyi Paritet Andrian Nikolaev menilai bahwa penggunaan pesawat pengebom strategis dilakukan juga untuk mendemonstrasikan kemampuan senjata tersebut. “Di tengah jeratan sanksi internasional, Moskow harus menunjukkan ‘ototnya’ dalam melawan terorisme, untuk meningkatkan potensi pencabutan sanksi,” katanya pada RBTH. Sehingga bisa dikatakan serangan ini bisa mencapai dua sasaran sekaligus, yakni menghancurkan target dan  menunjukkan  eksistensinya.

Menurut Nikolai, itulah alasan Rusia mereplikasi pengalaman tempur AS, mengirim pesawat pengebom Tu-160 dan Tu-95MS yang dapat meluncurkan misil kendali jelajah dalam serangan udara masif. “Namun, metode ini sudah ketinggalan jaman. Saat ini, untuk menyerang target, Barat menggunakan pesawat tanpa awak Predator dan Reaper. Rusia masih belum punya drone tempur. Oleh karena itu, Rusia harus menggunakan apa yang ia miliki, bahkan jika itu lebih ekstrem.”