Eropa Bergabung, Sudahkah Bisa Imbangi Rusia?

Eropa Bergabung, Sudahkah Bisa Imbangi Rusia?

Mig-29 8Namun, tentu saja angka saja tidaklah cukup. Karena bagaimana spesifikasi pesawat juga harus dipertimbangkan. Sejumlah negara Eropa masih menggunakan jet-jet tua seperti MiG-29 ‘Fulcrum’. Jika kekuatan bergabung maka pesawat yang relatif tua ini harus mengimbangi gerak cepat pesawat tempur modern seperti Eurofighter Typhoon.

Tetapi jika kemudian ada dana besar maka penggantian pesawat tua akan memungkinkan. Karena akan ada sistem prioritas. Sejumlah negara yang bisa dikatakan aman karena memiliki tetangga baik semacam Austria dan Republik Ceko saat ini justru memiliki jet-jet tempur canggih. Di sisi lain sejumlah negara yang berdekatan dengan Eropa justru sebaliknya. Maka sistem prioritas bisa menggeser pesawat canggih di negara damai ke negara yang sedang terancam.

Sebenarnya sadar atau tidak, cetak biru penggabungan kekuatan udara Eropa sudah mulai terbentuk. Belum lama ini Belgia, Luksemburg, dan Belanda sudah menjalin kesepakatan untuk bersama-sama mengawasi udara mereka. Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 4 Maret, akan menjadikan Angkatan Udara Belanda dan Belgia bergiliran menjaga udara dengan menyediakan dua F-16 dalam status waspada reaksi cepat mulai 2016. Dengan demikian, mereka akan menjadi negara pertama di dunia untuk masuk perjanjian timbal balik tersebut dan, tergantung pada hasil, mungkin juga membuka jalan bagi inisiatif Uni Eropa-lebar serupa di masa mendatang.

Untuk membentuk kekuatan seperti itu tentu banyak hal yang harus dilalui. Paling tidak ini akan menjadi prioritas nasional dan tanggung jawab negara Uni Eropa. Jika ada menjadi reccurrence dari krisis 1982 Falklands antara Inggris dan Argentina, misalnya, diragukan bahwa salah satu lainnya 27 negara anggota lain akan didera keraguan. Karena bagaimanapun mereka juga terlibat hubungan dengan Argenita.

Di satu sisi juga ada banyak perselisihan antar-Uni Eropa sendiri dalam hal teritorial, seperti antara Spanyol dan Inggris atas Gibraltar. Isu-isu tersebut dipastikan akan mengganjal rencana koalisi besar tersebut.

Sumber: IHS Jane