Generasi Baru Perlawanan Palestina
Jelang tahun baru Yahudi bulan lalu, bentrokan pecah di dalam komplek Masjid Al-Aqsa. Aparat Zionis dengan semena-mena melepaskan tembakan peluru karet, gas air mata dan granat kejut ke jamaah masjid. Mereka masuk ke dalam masjid dengan menggunakan sepatu pantofel.
Sejumlah infrastruktur di dalam masjid rusak, termasuk karpet yang terbakar. Israel juga menerapkan pembatasan ke Al-Aqsa bagi umat Islam.
Aksi bentrokan merembet ke luar kompleks masjid. Pemuda-pemuda Palestina di Tepi Barat melemparkan batu, bom molotov ke aparat Israel. Aksi perlawanan terhadap Israel tidak hanya melibatkan para lelaki namun juga remaja putri Palestina. Mereka adalah generasi-generasi baru berpendidikan yang menentang aksi pendudukan Israel dan penodaan terhadap Masjid Al-Aqsa. Tak hanya itu, sejumlah warga Palestina yang nekat melakukan aksi penusukan atau penikaman. Sasarannya tentara dan warga Israel.
Kondisi itu membuat waswas warga Israel, khususnya yang berada di Yerusalem. Media-media Israel sangat berhati-hati menyebut gerakan perlawanan ini sebagai intifada. Adapun kelompok Hamas Palestina, mendukung gerakan intifada tersebut.
Pejabat Israel menyebut serangan sporadis warga Palestina sebagai “lone wolves” atau orang-orang yang beroperasi mandiri tanpa ada pihak tertentu di belakangnya. Model serangan ini sulit terdeteksi, baik sasaran maupun pelaku.
Aparat Israel melakukan sejumlah langkah keras untuk menghadapi aksi konfrontasi. Petugas tidak segan-segan menembak mati pelaku penembakan, bahkan jika pelaku penyerangan masih bocah.
Zionis juga tak segan menggunakan peluru tajam untuk menghadapi demonstran Palestina. Ahmad Sharaka, bocah Palestina berusia 13 tahun termasuk korban tewas yang merasakan keganasan peluru Zionis. Israel juga melakukan pengawasan ketat terhadap permukiman Palestina di Yerusalem Timur. Petugas mendirikan pos-pos pemeriksaan. Menurut sumber, tiga dari empat jalur utama buat kendaraan ke pemukiman ditutup.
Lebih dari 30 warga Palestina dan 7 Israel terbunuh sejak awal Oktober lalu. Belum diketahui kapan ketegangan ini akan selesai. Pejabat Israel mengatakan siap bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Amman, Yordania untuk meredakan ketegangan. Namun apakah itu cukup? Mengingat tak sedikit demonstran Palestina yang sudah tidak lagi menggubris Abbas.
Sumber: Republika