Misil yang Hilang
Menurut French dan Edgren, rencana Amerika untuk menggunakan F-35 sebagai platform tempur jarak jauh – yang dilengkapi misil BVR – bukan rencana yang baik, karena misil udara-ke-udara AS tak punya catatan baik dalam berperang. “Di masa Perang Dingin, persentase keberhasilan rudal jejalah memusnahkan musuh pada pertempuran jarak jauh ialah 6,6%. Persentase tertinggi diraih oleh Israel pada 1982 dalam Perang Lebanon, kesuksesan mereka mencapai 20%. Di era pasca-Perang Dingin, efektivitas misil BVR mengalami peningkatan. Sepanjang 2008, efektivitas rudal jelajah AS meningkat menjadi 46%, dengan menggunakan AIM-120AMRAAM (markas misil BVR AS). Namun, angka ini didapat dari sampel yang kecil, yakni hanya enam pertempuran”.
Laporan tersebut mengingatkan, AS tak bisa berharap angka tersebut akan meningkat saat menghadapi konflik melawan ‘kompetitor sebaya’ yang diperkirakan termasuk Rusia, Tiongkok, dan India, serta negara-negara yang memiliki pesawat tempur canggih Rusia. “Menurut analisis RAND, jejak rekam AIM-120 AS menunjukan mereka tak pernah berhasil menaklukan musuh yang memiliki rudal BVR yang sama; pilot yang jatuh tidak bisa melakukan perlawanan, dalam beberapa kasus mereka harus melarikan diri, tanpa manuver, atau dalam kondisi tak punya radar.”
Kondisi tersebut menunjukan AS tak bisa berharap mereka bisa lebih mudah menang melawan musuh yang tangguh dalam pertempuran jarak jauh. “Serangan elektronik jelas merupakan ancaman, menurunkan potensi pesawat AS menghancurkan musuh seperti pesawat tempur Rusia dan Tiongkok, yang saat ini memiliki teknik serangan elektronik balasan menggunakan gangguan memori frekuensi radio digital (digital radio frequency memory/DRFM). Serangan tersebut yang dikabarkan benar-benar menghambat efektivitas rudal jelajah.
“Kami, AS, belum memiliki metode yang cukup untuk melawan serangan elektronik selama bertahun-tahun,” demikian disampaikan pejabat senior di AU AS yang berpengalaman mengendalikan F-22 (pesawat tempur siluman AS yang paling mahal), pada The Daily Beast. “Jadi, meski kita memiliki kemampuan siluman, kita masih kesulitan mencari cara untuk melakukan serangan elektronik terhadap target seperti Rusia dan misil kami kesulitan mengalahkan mereka.”
Gangguan DRFM yang dimiliki pesawat Rusia dan Tiongkok dilaporkan ‘efektif mengingat sinyal radar yang masuk dan mengulangnya ke pengirim, menghambat kinerja radar secara serius. Lebih buruk lagi, gangguan tersebut bisa membutakan radar kecil yang dimiliki misil udara-ke-udara seperti Raytheon AIM-120 AMRAAM, yang merupakan senjata jarak jauh utama untuk semua pesawat tempur AS dan sebagian besar sekutu.’