Doktrin Militer Rusia

Pernyataan bahwa Moskow mungkin akan memicu perang nuklir terbilang aneh. Doktrin Militer Rusia yang disahkan pada 2010 dan terkait erat dengan doktrin angkatan laut, cenderung damai dan selalu bersifat defensif. Meski doktrin tersebut fokus pada ekspansi NATO dan upaya untuk ‘mengesahkan potensi kekuatan NATO dalam fungsi global’, dokumen tersebut tak menyebutkan siapa musuh Rusia selain terkait terorisme internasional. Selain itu, doktrin tersebut juga menegaskan kerja sama dalam misi menjaga perdamaian bersama NATO, serta menyebutkan kebijakan militer Rusia yang bertujuan mencegah kompetisi senjata dan menghindari konflik militer.
Namun, pasal 22 dalam dokumen tersebut memicu diskusi publik, yang mengizinkan Rusia menggunakan senjata nuklir untuk aksi preventif. Banyak pakar mengkritik kebijakan Moskow yang dianggap sangat agresif. Dalam dokumen tersebut, terdapat klausa yang menyebutkan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi terhadap Rusia, termasuk penggunaan senjata konvensional yang menciptakan ancaman bagi keberlangsungan negara tersebut.
Amandemen doktrin militer Rusia yang diadopsi pada Desember 2014 tak membuat dokumen itu lebih agresif. Mereka hanya memaparkan proses geopolitik saat ini, menyebutkan pengunaan teknologi informasi dalam lingkup militer-politik, serta meningkatnya ancaman dari terorisme internasional. Selain itu, doktrin tersebut juga dilengkapi dengan sebuah tesis mengenai perubahan rezim, yakni penggantian pemerintah resmi di negara-negara tetangga Rusia sebagai ancaman tersendiri.
Doktrin tersebut juga memaparkan mekanisme untuk menempatkan pasukan, dan menggarisbawahi prospek pengembangan angkatan bersenjata, namun tak menyinggung negara manapun sebagai musuh.