Kekhawatiran Moskow
Ankara terlihat ingin melemahkan posisi Bashar al-Assad, mungkin mencari cara untuk mendirikan rezim pro-Turki di sana, serta mencegah Kurdi Suriah untuk mengikuti para kerabatnya di Irak dan untuk mendirikan negara sendiri yang akan menjadi magnet bagi para orang Kurdi dan Turki.
Meskipun potensi militer Turki, yang mungkin memiliki salah satu pasukan terbesar di NATO, semua ini terlalu janggal. Kesabaran masyarakat semakin tipis karena lambannya pertumbuhan ekonomi dan Erdogan telah melihat popularitas personalnya menukik tajam dari 71 persen menjadi kurang dari 38 persen.
Akhir permainan mulai merangkak ke seluruh wilayah. Dengan mengusung kesatuan nasional, Kurdi akan memengaruhi agenda pascaperang dengan menuntut solusi yang adil bagi kondisi mereka. Terbangunnya persatuan Kurdi kini terlihat sebagai skenario yang nyata dibandingkan masa sebelum Erdogan menyikapi posisi yang agresif terhadap Kurdi.
Moskow punya alasan untuk khawatir. Rusia ingin mempererat ikatan ekonomi yang saling menguntungkan bersama Turki, dengan mengembangkan dua proyek raksasa: rencana pembangunan PLTN Mersin yang akan dibuat oleh Rosatom, dan pipa gas Turkish Stream yang seharusnya dibangun oleh Gazprom. Kekacauan di Turki bukanlah hal yang diinginkan oleh Moskow. Terlalu merugikan jika kebijakan Erdoganmengenai neo-imperialisme menghancurkan negara tersebut.
Serangan Turki menunjukkan batasan perang terhadap teror global. Hal tersebut merupakan pisau bermata ganda yang dapat digunakan sebagai dalih untuk menghancurkan perbedaan pendapat dan para oposisi di rumah. Erdoganbaru saja mengunjungi Tiongkok. Di sana, ia tak lain mendiskusikan isu gerakan separatis Islam di Daerah Otonomi Xinjiang Uygur. Namun, ada indikasi Tiongkok tak tertarik memanfaatkan metode Turki untuk menghadapi tantangan internal semacam itu.
Sumber: RBTH