USS Enterprise
Angkatan Laut AS mengkonversi battlecruiser Lexington dan Saratoga dengan tujuan-untuk melengkapi USS Ranger. Pengalaman dengan ketiga kapal ini menunjukkan kapal selanjutnya harus lebih besar serta memiliki persenjataan anti-pesawat yang berat. Konsep ini kemudian melahirkan USS Yorktown dan USS Enterprise, yang bersama dengan adik ketiga mereka (USS Hornet) memainkan peran penting dalam menghentikan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di tahun 1942. Mereka mampu berlayar dengan kecepatan 33 knot, seberat 24.000 ton dan bisa membawa sampai 90 pesawat.
USS Hornet dan USS Yorktown hilang dalam pertempuran 1942. Dan USS Enterprise terus bertempur di semua perang. Kapal ini membantu mencari armada Jepang dan melakukan serangan dalam bulan-bulan awal perang. Bersama Hornet pada pertempuran Doolittle, dia membantu menenggelamkan empat Flattops Jepang pada Pertempuran Midway. Dia mengisi peran penting selama Pertempuran Guadalcanal dan sejumlah pertempuran lain.
Enterprise dengan armada tempurnya menjadi inti dari serangan balik yang akan menggulung Jepang di Pasifik. Enterprise bertempur di Laut Filipina dan Teluk Leyte, membantu untuk menghancurkan jantung penerbangan angkatan laut Jepang. Dia bertugas menjadi penyapu terakhir melawan Jepang pada tahun 1945 hingga pesawat kamikaze Jepang mengakibatkan kerusakan parah pada bulan Mei. Kapal ini kembali ke layanan setelah perang berakhir, ia membantu membawa pulang tentara Amerika ke rumah dalam Operasi Magic Carpet. Enterprise adalah kapal yang paling dihormati angkatan laut selama Perang Dunia II, namun upaya melestarikan pasca perang gagal, dan kapal induk dihancurkan pada tahun 1960.