Il-112V
Model lain yang berpotensi dilirik oleh TNI AU adalah pesawat angkut militer kecil Il-112V. Pengembangan pesawat ini dijalankan kembali pada 2013 ketika proyek gabungan An-140-100 dengan Ukraina tidak memenuhi kualitas dan anggaran Angkatan Udara Rusia.
Il-112V memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari model di atas, yaitu munculnya turboprop (seperti yang dimiliki oleh A400M). Pesawat ini dirancang untuk mengangkut hingga 6 ton kargo dengan jarak 6.000 kilometer. Pesawat ini dapat lepas landas dan mendarat pada landasan pacu yang tidak disiapkan dan juga pendek, yaitu sepanjang 800 – 1.000 meter. Salah satu keunggulan lainnya dari Il-112V dibandingkan para pesaingnya adalah peningkatan lebar dan tinggi kompartemen kargo.
Sebagai kesimpulan, jika TNI AU membutuhkan pesawat angkut militer, untuk saat ini Angkatan Udara Indonesia hanya dapat membeli Il-476 milik Rusia. Sementara, model lainnya harus menunggu sampai sekitar tahun 2019.
Namun, jika tertarik, militer Indonesia dapat turut bergabung ke dalam proyek bersama Il-112, MTS, atau Tu-330 seperti India. Dengan begitu, negara Indonesia dapat memaksimalkan kebutuhannya dalam pembangunan pesawat sejak tahap penelitan dan pengembangan, dan mendapatkan akses khusus pada teknologi produksi, perbaikan, serta pemeliharaan. Tentunya, ini adalah hal-hal yang hampir tidak mungkin didapatkan jika membeli pesawat dari Uni Eropa atau Amerika Serikat. Sebagai contoh nyata, Indonesia dapat melihat saat India membeli pesawat tempur Rafale Prancis. Pada kasus tersebut, India mengalami kesulitan untuk melakukan transfer teknologi