Sanguin
Setelah Stiletto selesai, peneliti Astrophysics beralih mengerjakan senjata laser yang lebih canggih untuk pertahanan udara. Senjata yang kemudian diberi nama Sanguin tersebut setara dengan senjata laser milik sistem antipesawat otomatis Shilka.
Berbeda dengan Stiletto, Sanguin merupakan senjata yang lebih modern. Senjata ini mampu menembakan laser secara vertikal. Sebagai perbandingan, sebuah meriam laser yang terpasang pada Shilka dapat melumpuhkan sistem optikal helikopter pada jarak sepuluh kilometer dan dapat melumpuhkan fungsi keseluruhan sebuah helikopter dari jarak delapan kilometer.
Ketika itu, belum ada kendaraan udara tanpa awak yang telah diproduksi. Maka, para perancang senjata menciptakan sistem Aquilon yang menjadi ‘rumah’ untuk Sanguin.
Sanguin pun digunakan kemudian digunakan oleh Angkatan Laut dan bertugas merusak sistem elektro-optikal yang digunakan oleh unit penjaga pantai.