Di belakang, tim kedua sudah memasuki Suriah. Sepasang F-15 mendekati Damaskus. Buk-M2 menunggu para penyusup untuk mengubah arah atau lebih masuk lebih dekat.
F-15 kemudian merilis senjata mereka dan berbelok tajam ke arah selatan. Dua rudal Suriah merayap ke langit-contrails menunjukkan SA-3. Yang perlu diketahui rudal yang diluncurkan kali ini tidak untuk menghantam F-15, tetapi untuk mencegat rudal yang dipecat Israel.
Salah satu dari SA-3 mencapai target dan menghancurkan salah satu rudal F-15. Puing-puing dari rudal dipandu Popeye. Popeye adalah rudal stand-off dengan hulu ledak seberat 700 pounds. Menggunakan kombinasi citra inframerah dan bimbingan inersia untuk menghantam sasaran hingga 50 mil jauhnya dari titik peluncuran. Sementara rudal F-15 lain lolos dan menghantam kendaraan dan bangunan di bandara internasional Damaskus.

Angkatan udara Israel sebenarnya juga memiliki rudal Spice yang lebih modern dibanding Popeyes. Spice menggunakan kombinasi GPS dan bimbingan laser. Belum jelas kenapa bukan rudal ini tidak dipakai
Setelah melakukan misi serangan ke Suriah, ternyata pesawat Israel tidak langsung kembali ke Tel Aviv. Mereka masih berputar-putar sekitar 30 menit di atas langit Lebanon. Hal ini didasarkan pada sairan telvisi negara tersebut. Kemungkinan mereak menunggu apakah ada komando untuk menyerang lagi atau tidak. Tetapi setelah dipastikan target hancur, pesawat-pesawat itupun segera ditarik kembali ke wilayah Israel.
Jet tempur Israel melakukan sebuah misi berani di siang bolong jelas sebuah serangan y ang berani. Memilih menggunakan rudal Popeye juga sebuah risiko. Tetapi suka atau tidak suka, serangan udara ini cukukp sukses tetapi juga penuh risiko. Penyergapan oleh situs rudal tunggal di dekat perbatasan atau beberapa rudal jarak pendek atau senjata bisa membalik keadaan serangan itu sebagai petaka bagi Israel. (VIT)
Dari sejumlah sumber