
Para pelaku Industri pesawat tak berawak menolak penggunaan istilah “drone”. Selain karena tidak tepat juga terkesan militeristik. “Kita perlu nama lain untuk itu, tapi aku tidak yakin apa nama baru tersebut,” kata venture-capital executive Zack Porter seperti dilaporkan The Wall Street Journal, Kamis 9 Oktober 2014.
Menurut surat kabar tersebut, pengembang pesawat tak berawak meyakini istilah “drone” hanya menggambarkan perangkat militer yang miskin reputasi. Nama alternatif termasuk UAV (unmanned aerial vehicle/kendaraan udara tanpa awak), UAS (unmanned aircraft system/sistem pesawat tak berawak), RPA (remotely piloted aircraft/pesawat remote jarak jauh), RPAS (unmanned aircraft system/sistem pesawat tak berawak), atau hanya, robot. Satu pengacara hak paten, John Mulcahy, telah menyarankan istilah “crone” untuk drone komersial.
Michael Toscano, chief executive for the Association for Unmanned Vehicle Systems International mengatakan istilah pesawat tak berawak membuat kebanyakan orang berpikir “bersenjata, bermusuhan, besar dan otonom,” dan lebih suka Sistem Pesawat Tak Berawak nama karena akan mencakup semua sistem, termasuk “teknologi di darat sebagai kontrol oleh manusia.
Namun, mantan penasihat umum dari kelompok perdagangan pesawat tak berawak, Ben Gielow menolak setiap nama menggunakan istilah menyesatkan “tak berawak” dan menyatakan, “Kita harus berhenti mendefinisikan teknologi dengan apa yang tidak benar. Orang-orang kan bisa menyebut mobil. Bukan kereta tanpa kuda,” lapor surat kabar tersebut.
Beberapa perusahaan telah menetapkan nama untuk perangkat mereka, seperti Wasp, Tigershark, Predator dan Reaper. Sementara yang lain telah menciptakan nama berdasarkan berapa banyak baling-baling yang mereka miliki.
Militer AS juga berbeda-beda dalam penggunaan istilah ini. Angkatan Laut menggunakan UAV, Coast Guard menyebut mereka UAS, dan Angkatan Udara memanggil mereka RPA. Federal Aviation Administration dan Kongres telah disepakati nama UAS untuk digunakan dalam perangkat dalam undang-undang dan dokumen resmi.
Namun demikian orang di luar industri tersebut menilai tidak ada masalah dengan kata drone. Dan orang makin akrab dengan kata terebut. Menurut data dari Google Trends, mencari “drone” telah menjadi sangat populer melebihi nama-nama lain baik pesawat tanpa awak mapun sistem pesawat tanpa awak.