
James Foley, jurnalis asal Amerika dieksekusi mati oleh militan negara Islam Irak beberapa waktu lalu. Amerika pun meradang. Tetapi apa yang telah dilakukan sebelumnya oleh negara itu untuk menyelematkan warganya yang ditawan kelompok garis keras itu?
Pentagon pun menyatakan sebenarnya telah menggelar menggelar operasi khusus untuk menyelamatkan Foley. Tetapi upaya itu gagal. Pentagon mengumumkan pada hari Rabu 20 Agustus 2014.
Serangan dilakukan pada musim panas ini waktu malam hari setelah izin dari Presiden Barrack Obama turun. Ini mewakili konfirmasi pertama dari operasi militer AS di Suriah. Serangan itu melibatkan puluhan pasukan operasi khusus AS dari semua kesatuan, termasuk Resimen Penerbangan Operasi Khusus 160. Pasukan AS terbang ke Suriah untuk menembus pertahanan udara Suriah. Pejabat militer menggambarkan penerbangan ini sebagai sesuatu yang menantang maut. Pasukan bergerak dengan helikopter Black Hawk serta drone.
Namun operasi rahasia itu tidak membawa hasil. Penyebabnya, target tidak ada di tempat yang jadi sasaran operasi”Target tidak ada di tempat yang kami perkirakan,” kata laksamana John Kirby, sekretaris pers Pentagon.
Dalam operasi tersebut terjadi baku tembak antara pasukan khusus dengan ISIS. Beberapa anggota ISIS tewas sementara satu pasukan AS cedera ringan “Mereka ditembak di saat mereka egressing. Satu orang mengalami luka ringan,” kata pejabat itu.
Pejabat itu mengatakan bahwa ”ISIS tidak tahu siapa yang mereka menyerang malam itu, dan kami menilai Suriah tidak tahu”.
Risiko
Tidak jelas berapa banyak pasukan elite yang dikirim. Kirby hanya menyebut “Yang terbaik dari militer Amerika Serikat (yang dikirim).”
Setidaknya saat ini masih ada satu jurnalis AS lainnya, Steven Sotloff, yang ditahan ISIS. Pengungkapan operasi rahasia ini dikhawatirkan justru mengancam nyawa Sotloff.
Para pejabat AS mengatakan pada hari Rabu ada keprihatinan mengenai Sotloff setelah ia muncul dalam video yang sama propaganda Isis menggambarkan pembunuhan Foley. Pesawat-pesawat tempur AS menyerang Isis kendaraan dan persenjataan di dekat bendungan Mosul, Rabu bertentangan diam-diam dari ancaman Isis.
Terkait nasib Sotloff Kirby mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Amerika Serikat tidak akan mentolerir penculikan orang-orang kami, dan akan bekerja tanpa lelah untuk menjamin keselamatan warga negara kita dan untuk menahan penculik mereka bertanggung jawab.”
Penasihat Gedung Putih kontra-terorisme Lisa Monaco menambahkan: “Pikiran dan doa kami dengan keluarga para sandera yang tersisa dan orang yang mereka cintai selama masa sulit ini.”
Yang kemudian banyak dipertanyakan adalah tidak adanya target di wilayah yang disasar. Hal ini menjadi kesalahan fundamental dari intelijen. Amerika Serikat memiliki segalanya untuk mengumpulkan data. Tetapi kenapa bisa meleset? Robert Caruso, seorang veteran intelijen angkatan laut, menyebutkan ISIS berbohong tentang di mana mereka berada, di mana mereka akan berada di dua jam, dan mereka pasti tidak membicarakannya di telepon. Caruso juga mempertanyakan kebijaksanaan merilis informasi tentang serangan itu.
“Selama ini pemerintah mengutuk Snowden tetapi justru membahayakan para sandera yang tersisa. Itu bukan OPSEC [keamanan operasional]. Aku sudah ajarkan, kepada militer dan departemen luar negeri. Itu bukan OPSEC,” katanya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Caitlin Hayden mengatakan: “Kami tidak pernah dimaksudkan untuk mengungkapkan operasi ini. Perhatian utama kami untuk keselamatan para sandera dan untuk keamanan operasional banyak hal rahasia yang tidak bisa diungkap. Kami bicara pada publik karena sejumlah media sedang mempersiapkan untuk melaporkan operasi dan bahwa kita akan memiliki pilihan selain mengakuinya. ”
Jurnalis Perancis Nicolas Henin telah menggambarkan bagaimana ia menghabiskan tujuh bulan di tahanan dengan Foley di Suriah, termasuk seminggu di mana mereka diborgol bersama-sama.
Henin, yang dibebaskan pada bulan April tahun ini, mengatakan kepada BBC ia merasa pemerintah Inggris dan AS menempatkan orang pada risiko dengan tidak bernegosiasi dengan teroris, dan bahwa Foley, sebagai orang Amerika, adalah “semacam kambing hitam” untuk teroris.
Henin mengatakan Foley diperlakukan lebih keras dibandingkan dirinya. Mungkin karena dia orang Amerika “Seorang Amerika mungkin lebih ditargetkan oleh para penculik. Yah, dia akan dipukuli sedikit lebih mungkin, dia adalah semacam kambing hitam,” katanya kepada BBC.
“Bukan hanya Amerika, tetapi juga seperti Inggris tidak bernegosiasi. Mereka memposisikan orang dalam risiko tinggi.”
Sumber: Washingon Post dan Guardian
Comments are closed